Lahir di London pada 20 Mei 1806, John Stuart Mill bukan sekadar seorang filsuf; ia adalah arsitek pemikiran yang mencoba memperhalus tepi-tepi tajam utilitarianisme gurunya, Jeremy Bentham, dan membuka cakrawala baru tentang kebebasan, keadilan, serta peran pemerintah. Sosoknya yang dididik secara ketat sejak dini oleh sang ayah, James Mill, dan paman sekaligus mentornya, Jeremy Bentham, membentuknya menjadi seorang intelektual tajam yang di usia 20 tahun sudah dikenal sebagai pemimpin gerakan utilitarianisme yang kritis
Karya-karyanya seperti On Liberty, Utilitarianism, dan Principles of Political Economy
Utilitarianisme yang Berhati Nurani
Jika Bentham dikenal dengan utilitarianisme yang cenderung mengukur kebahagiaan secara kuantitatif, Mill membawa nuansa baru yang revolusioner. Ia tidak hanya membedakan kenikmatan berdasarkan jumlahnya, melainkan juga kualitasnya
Lebih jauh, Mill memperkuat watak sosial utilitarianisme
Kebebasan Sejati yang Melampaui Batasan Fisik
Buku On Liberty menjadi mercusuar pemikiran Mill tentang kebebasan. Ia dengan tegas menyatakan bahwa masyarakat mesti melindungi kebebasan individu sebagai bagian integral dari kebahagiaan umum
Argumennya sangat pragmatis dan utilitarian:
- Pendapat yang Mungkin Benar: Bahkan jika pendapat seseorang dianggap minoritas atau kontroversial, bisa jadi pendapat itu benar, sehingga penting untuk didengar
. - Pendapat yang Mungkin Salah, Tapi Berguna: Jika pun salah, pendapat tersebut dapat mendorong pemikiran kritis dan respons yang lebih baik dari pihak lain
. - Merangsang Pemikiran: Kebebasan berekspresi, baik benar maupun salah, adalah katalisator bagi perkembangan intelektual dan diskursus yang sehat
.
Ini adalah pembelaan radikal terhadap pluralisme gagasan, di mana kebenaran bukanlah monopoli satu pihak. Kritik tajam bisa dialamatkan pada masyarakat yang (bahkan hingga kini) masih takut pada perbedaan pendapat, cenderung membungkam suara minoritas, dan gagal memahami bahwa pembatasan kebebasan berekspresi justru memiskinkan pemikiran dan menghambat kemajuan. Mill seakan berteriak, "Beri ruang bagi gagasan, meskipun kau tak setuju, karena di situlah peradaban berkembang!"
Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesetaraan Gender, Sebuah Visi Progresif
Mill tak hanya berteori. Ia mengaplikasikan prinsipnya pada struktur pemerintahan dan ekonomi:
- Pemerintahan yang Adaptif: Ia menekankan perlunya menyelidiki bentuk pemerintahan dan lembaga politik terbaik, yang harus beradaptasi dengan kehendak manusia dan kebutuhan masyarakat
. Jika tidak lagi sesuai, lembaga tersebut harus diubah atau diganti. Undang-undang yang demokratis, menurutnya, harus memekarkan pribadi setiap orang dan memajukan semangat publik demi kepentingan umum . Ini adalah cetak biru bagi pemerintahan yang responsif dan berpusat pada rakyat, yang sayangnya, masih menjadi tantangan di banyak negara. - Ekonomi yang Humanis: Terpengaruh Thomas Robert Malthus tentang tekanan populasi pada sumber daya
, Mill meninjau ulang masalah ekonomi. Ia meyakini kemakmuran ekonomi tidak hanya ditentukan oleh permintaan konsumen atau pemenuhan kebutuhan fisik semata, melainkan oleh kontinuitas produksi yang sehat . Ia bahkan berani menyatakan bahwa "penawaran selalu identik dengan permintaan" dan menolak konsep overproduksi yang ditakuti banyak orang . Ia melihat produksi sebagai basis kerja sama antar pengusaha bebas . Lebih revolusioner lagi, Mill memasukkan unsur moralitas dalam produksi dan mengaitkannya dengan masalah stagnasi ekonomi yang ia temukan dari pemikiran David Ricardo . Solusinya: fokus pada pengentasan kemiskinan dan pencegahan ketidakadilan ekonomi, serta menggiatkan kembali konsep kebahagiaan umum . Ia bahkan mengidealkan sektor pertanian (dengan sistem kompetitif yang menggantikan kepemilikan tanah tradisional), perusahaan besar yang kompetitif, dan bank yang strategis dalam mencairkan modal serta menghidupkan spekulasi bisnis yang sehat . - Pionir Feminisme: Mill adalah salah satu pemikir awal yang secara terang-terangan menggugat diskriminasi gender. Dalam bukunya The Subjection of Women, ia menyatakan bahwa perbedaan hubungan sosial antara dua jenis kelamin adalah salah dan menjadi hambatan perbaikan manusia. Ia menyerukan kesetaraan sempurna antara pria dan wanita di tempat kerja, keluarga, dan arena politik
. Tak heran, gagasan ini, yang banyak terinspirasi dari istrinya Harriet, menjadi rujukan bagi para feminis di seluruh dunia . Ini adalah visi yang jauh melampaui zamannya, yang bahkan hingga kini, perjuangan untuk kesetaraan gender masih terus berlanjut.
Pendidikan Sebagai Investasi Fundamental Negara
Mill juga menaruh perhatian besar pada pendidikan. Ia berpendapat bahwa masyarakat tidak berhak memaksakan sesuatu kepada orang dewasa demi kepentingan individu tersebut. Namun, pemaksaan seperlunya hanya berlaku kepada anak-anak
Individualisme yang Berempati
John Stuart Mill adalah seorang pembaharu sejati dalam paham utilitarianisme
Pemikiran Mill, yang menekankan kebahagiaan menyeluruh dan kesetaraan, adalah sebuah kompas moral yang terus relevan. Di tengah dunia yang masih bergulat dengan kesenjangan, diskriminasi, dan penyalahgunaan kekuasaan, gagasan-gagasan Mill menjadi pengingat bahwa tujuan akhir dari setiap kebijakan dan sistem adalah kemajuan manusia seutuhnya dan kebahagiaan yang merata, bukan hanya bagi segelintir elite, melainkan untuk seluruh umat manusia.
Zlamitan


Komentar
Posting Komentar